SECERCAH DAUN
SEJARAH
Aek Korsik adalah sebuah desa yang terletak dikecamatan
Aek Kuo Kabupaten Labuhanbatu Utara Propinsi Sumatera Utara. Aek artinya adalah
Air sedangkan Korsik adalah Pasir. Maka Aek Korsik artinya adalah Air dan
Pasir.Sedangkan Aek Kuo menurut bahasa arabnya adalah Arus yang kuat dan deras
sehingga dapat membelah ( memotong ) sungai kualuh.
Walaupun hanya tinggal sejarah,di desa Aek Korsik dahulu
terdapat suatu kerajaan kecil yang dikenal dengan kerajaan “BOLITAN”.
Sekitar tahun 1820
Masehi seorang putra mahkota dari sebuah kerajaan dipegunungan dihulu sungai
Aek Kuo. Raja Bolitan I turun mengilir kesungai Aek Kuo menuju pantai pada
salah satu bandar yang telah ramai menjadi pusat perdagangan saat itu ialah Kampung Mesjid. Raja Bolitan I
adalah seorang pedagang antara pollung dan kampung mesjid untuk mencari garam
dan lain lain sebagainya.Dan desa Aek Korsik adalah desa yang menjadi tempat
pemenggal ( Persinggahan ) Raja Bolitan I dalam sarana hubungan antara Pollung
dan Kampung Mesjid. Desa Aek Korsik ini adalah batas dataran rendah yang dapat
dilalui dengan berjalan kaki selanjutnya untuk menuju kampung mesjid harus
menggunakan perahu melalui sungai Aek Kuo yang dikelilingi oleh hutan belantara
dan tanah rawa. Oleh sebab itu karena desa Aek Korsik adalah desa persinggahan
Raja Bolitan I maka pada tahun 1870 beliau membuka perkampungan di Desa Aek
Korsik yang terletak di tepi sungai Aek Kuo atau yang lebih dikenal dengan
sebutan LOBU BALIMBING. Maka disinilah beliau bersemayam dan menjadi seorang
raja yang disebut Raja Bolitan I di Aek Kuo atau Raja yang turun dari kerajaan
Pollung bermarga Munthe. Dan disanalah beliau mendirikan sebuah kerajaan kecil dan
sebuah istana kecil yang bernama Kerajaan Bolitan.Kerajaan Bolitan I dahulunya
selalu berperang, terutama terhadap
kerajaan Marbau yang berdekatan dengan desa Aek Korsik yang di pimpin oleh raja
yang bermarga Situmorang.
Pada masa itu kerajaan Bolitan masih menganut paham
Animisme (Pelbegu),mereka masih percaya kepada roh-roh dan begu (hantu) hal ini
dapat dilihat dari peninggalan makam-makam nenek moyang yang bentuknya seperti gundukan-gundukan
tanah yang tinggi tanpa batu nisan,bulat dan bundar.
Pada masa pemerintahan raja Bolitan I, masyarakat hidup
dengan bercocok tanam, berkebun karet dan perikanan.Tetapi masa pemerintahan
Raja Bolitan 1 tidak berlangsung lama karena Raja Bolitan I jatuh hati kepada
seorang putri mahkota dan ingin mempersuntingnya yang berasal dari dunia lain (alam
Ghaib) yang dikenal dengan Serba Huta.
Hubungan mereka berdua mendapat pertentangan dari
adiknya.Tetapi walaupun ditentang oleh adiknya, Raja Bolitan I tetap pada
pendiriannya untuk mempersunting putri tersebut. Akhirnya walaupun mereka
berlainan alam, karena cinta dan kasih sayangnya maka raja Bolitan I
mempersunting putri dari alam ghaib tersebut.Dengan persyaratan, Raja Bolitan I
mengikuti putri tersebut untuk tinggal di alam ghaib (serba Huta).
Dengan sangat terpaksa maka berpisahlah antara abang
beradik tersebut yaitu Raja Bolitan I dan Raja Bolitan II. Sebagai tanda
perpisahan antara abang beradik ini, maka mereka melepaskan tanda perpisahan
antara dua dunia yang berbeda, sebagai pertanda mereka menghanyutkan disungai Aek
Kuo berupa, sebuah sampan dan sebuah tombak.Tombak yang mereka hanyutkan disebut
tombak buaya terapung. Dengan hanyutnya persyaratan tersebut maka raiblah atau
menghilanglah Raja Bolitan I dari dunia ini meninggalkan adiknya yang tercinta
sebatang kara dan tak pernah lagi bertemu sampai akhir hayat mereka. Dan
setelah Raja Bolitan wafat,beliau dimakamkan oleh keluarga di Lobu Balimbing di
pinggir sungai Aek Kuo dan kuburannya masih ditimbun tinggi bersifat bulat atau
bundar mungkin karena penganut Animisme ( Sipelbegu ). Maka berakhirlah masa
pemeritahan Raja Bolitan I.
Kemudian pada
tahun 1900 Masehi Raja kerajaan Bolitan digantikan oleh adiknya yang bernama Raja Bolitan II yang menjadi raja kedua di
Aek Korsik.
Pada masa itu Kerajaan ini masih tunduk kepada yang
dipertuankan Sultan Kualuh yang berkedudukan di Tanjung Pasir. Hal ini dapat
dibuktikan dengan perintah Sultan Kualuh kepada Raja Bolitan II untuk mengangkat
seorang penghulu yang kemudian Raja Bolitan II mengajukan Raja Mangangkat
Dalimunthe ( wafat tahun1926 ), sebagai Penghulu desa Aek Korsik Untuk
menjalankan perintah Sultan Kualuh didesa-desa,yang kemudian beliau diangkat
oleh Sultan Kualuh untuk menjadi seorang Penghulu yang berkedudukan di Aek
Korsik.Dan kebetulan Raja Mangangkat Dalimunthe bertempat tinggal di sebuah
dusun di tepi sungai Aek Kuo yang disebut Aek Korsik. Sejak saat itulah desa
itu disebut Kampung Aek Korsik.
Raja Bolitan II mempunyai
seorang istri yang bernama Nariat. Dan mempunyai seorang putra mahkota yang
bernama Putoro munthe serta empat orang anak perempuan bernama
Maria,Ramlah,Siti dan Halimah.
Pada masa
pemerintahan raja Bolitan II beserta istrinya, beliau mentauhidkan dirinya
untuk masuk agama islam. Untuk menambah keimanan dan kekuatan hatinya serta lebih
mendekatkan dirinya kepada Allah swt maka Raja Bolitan II mengikuti persulukan
di Aek Korsik dan mendirikan musholla didusun VIII yang sekarang menjadi kantor
Kepala Desa Aek Korsik. Demikian juga halnya pada masa pemerintahan Raja
Bolitan II untuk meningkatkan perekonomian, masyarakat Aek Korsik
berpenghasilan sebagai petani yang bercocok tanam,perikanan dan perkebunan
karet. Rakyat hidup dengan aman dan damai.
PERLAWANAN RAKYAT AEK KORSIK TERHADAP PEMERINTAH BELANDA
Bukan Belanda namanya kalau mereka tidak menjajah tanah
air Indonesia termasuk desa Aek Korsik. Kekayaan alam yang melimpah berupa
perkebunan karet dan perkebunan sawit yang sangat luas menarik perhatian bangsa
Belanda datang ke Aek Korsik.
Mereka datang dengan dalih ingin bekerjasama dalam
perdagangan namun sebenarnya Belanda ingin menguasai perkebunan serta tanah ulayat
di Aek Korsik.
Dengan segala tipu muslihat dan taktik Belanda
melancarkan bujuk rayu kepada Raja Bolitan II agar mau bekerjasama dengan
mereka untuk mewujudkan segala keinginan dan kerakusannya menguasai Aek Korsik.
walaupun segala daya upaya Belanda berusaha menaklukkan
hati Raja Bolitan II dan ternyata Alhamdulillah,beliau tidak terbujuk hatinya
dan tidak goyah sedikit pun mengulurkan tangannya untuk bekerjasama dengan
Belanda.Akibat dari keputusan Raja Bolitan itu, maka bangsa Belanda merasa
kecewa dan menyatakan perang terhadap kerajaan Bolitan serta masyarakat Aek
Korsik.
Perlawanan demi perlawanan dilakukan pasukan kerajaan,
bahu membahu bersama rakyat, sehingga sampai pada puncaknya timbullah
perlawanan terbesar yang dilakukan kerajaan beserta rakyat Aek korsik untuk mengusir penjajahan Belanda dari tanah
Aek Korsik.
Permainsuri tidak tahan melihat penderitaan dan
kesengsaraan rakyat yang dilakukan oleh pasukan belanda serta perampasan bahan
makanan menyebabkan rakyat hidup miskin dan sengsara. Kehidupan rakyat semakin
parah disebabkan penghasilan dan tenaganya diperas untuk kepentingan bangsa
Belanda sehingga perekonomian masyarakat Aek Korsik saat itu sangat terpuruk.
Demikianlah halnya situasi yang dialami pada masa
pemerintahan Raja Bolitan II,berbagai kesulitandan tantangan dihadapi namun
berkat tekad yang bulat maka segala hambatan dapat diatasi. Raja Bolitan II
yang didukung oleh istrinya yang bernama Nariat seorang permainsuri yang gagah
dan berani, ikut memimpin pasukan bergerilya. Begitu besarnya dukungan yang
diberikan permainsuri, maka membangkitkan semangat pasukan kerajaan untuk
melakukan perlawanan terhadap tentara Belanda.Dengan dibantu oleh putra mahkota
beserta panglima-panglima kerajaan dan bala tentara yang terdiri dari rakyat
Aek Korsik.Maka pecahlah perang melawan pasukan Belanda, pasukan kerajaan menggunakan
taktik bergerilya. Sebagaimana kata pepatah tak ada tali rotan pun jadi dengan
bermodalkan tombak,keris dan bambu runcing Raja Bolitan II beserta pasukan maju
kemedan pertempuran dengan semangat juang yang tinggi pantang menyerah sampai
titik darah penghabisan.Sebagaimana daerah lain berjuang dengan darah,doa dan
air mata.
Sebagaimana menurut keterangan putra mahkota yang bernama
PUTORO MUNTHE tiap malam pasukan gerilya melakukan penyerangan-penyerangan
terhadap pos-pos Belanda.Pasukan Belanda pada malam hari tidak bisa bergerak
dari benteng pertahanannya, sedangkan pasukan gerilyawan menguasai daerah pedalaman.
Dimana Pasukan gerilya Aek Korsik kalau siang jadi buruh Belanda kalau malam
hari membantu pasukan gerilya dengan merayap dan tiarap mereka berjuang demi
kemerdekaan. Pasukan gerilyawan dipersiapkan disuatu tempat, yang menjadi
mata-mata saat itu adalah putra mahkota sendiri yang bernama PUTORO MUNTHE.
Perang tidak dapat dihindari lagi, pasukan Belanda
menggempur kantung-kantung pasukan kerajaan. Pada saat terjadinya perlawanan pasukan
kerajaan melawan tentara Belanda yang begitu sengit, maka pasukan kerajaan
mengalami kekalahan. Pasukan kerajaan dipukul mundur dan terjepit tidak ada
selah untuk melarikan diri bagi pasukan kerajaan. Datang keajaiban yang kita
ketahui pasukan Raja Bolitan yang bersenjatakan amat terbatas itu telah
bertekad hidup atau mati dalam menghadapi pasukan Belanda.Rakyat yang bersenjatakan
sangat minim bersedia ditembak mati demi perjuangan kemerdekaan mereka pantang
mundur atau lari dari pertempuran. Lagi pula keadaan medan pertempuran yang
sedemikian rupa tidak ada jalan lari kalau tidak ditembak oleh Belanda pasti
mati terbenam dalam rawa-rawa yang ganas.
Disaat-saat Raja Bolitan IIdan pasukannya mengalami
kekalahan terhadap tentara Belanda, dengan izin Allah swt tanpa diminta dan
tanpa disangka-sangka diluar jangkauan akal manusia datanglah bala bantuan dari
dunia lain (alam ghaib) untuk membantu pasukan raja Bolitan II. Disala
kebingungan dua pasukan yang sedang bertempur, baik pasukan Kerajaan maupun
pasukan Belanda yang terheran-heran, melihat banyak pasukan Belanda yang mati
tiba-tiba bak diserang wabah yang ganas. Ternyata bala bantuan itu datang dari
tentara berkuda yang dipimpin oleh Keturunan Raja Bolitan Iyang datang dari alam
ghaib (serbahuta), untuk memberikan bantuan dan menggempur tentara Belanda.
Tentara Belanda kocar-kacir,mereka heran dan merasa takut karena melawan
tentara yang tidak tampak wujudnya. Merekahanya mendengar suara ringkikan dan
derap langkah kuda yang menggempur mereka habis-habisan.Akhirnya pasukan
Belanda dapat dipukul mundur, dan mengalami kekalahan yang sangat dahsyat. Sejak
kejadian itu, tentara Belanda tidak pernah lagi kembali dan mengurungkan
niatnya untuk menguasai tanah ulayat Aek Korsik. Dan tercatat dalam sejarah,
Aek Korsik satu-satunya wilayah yang tidak pernah dikuasai oleh tentara
kolonial.Dan tercatat dalam sejarah bahwa Aek Korsik adalah suatu daerah basis
perjuangan pasukan gerilya. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan maklumat
Gubernur Sumatera tanggal 9 April 1946 Kabupaten Labuhan batu adalah Kabupaten
pelopor dalam masa perjuangan Gerilya untuk merebut kemerdekaan. Karena Bupati
Gause Gautama yang menjadi Bupati pertama Labuhan batu adalah beliau adalah
seorang Militer.
SEJARAH PERUBAHAN KERAJAAN BOLITAN
Hilangnya sistem kerajaan ini terjadi disebabkan adanya
perubahan sistem pemerintahan yang terjadi di Indonesia.
Sekitar tahun 1926
Penghulu Mangangkat wafat dan digantikan oleh anaknya yang bernama
Penghulu Monggok Dalimunthe,kedudukan penghulu tersebut tidak lama dipegangnya
hanya sekitar 4 tahun dan ia pun wafat. Maka keadaan perubahan besar terjadi
karena penghulu tidak lagi digantikan dari kalangan atau keturunan raja
melainkan dari rakyat biasa yaitu Penghulu Lobe Kuntju Hasibuan. Jabatan ini
dipegang oleh beliau dalam masa dua periode yaitu masa penjajahan Belanda dan
Jepang. Timbullah masa kemerdekaan perubahan sosial masyarakat yang sangat
besar yaitu suatu transisi Penghulu tidak lagi diangkat oleh raja melainkan
pengangkatan rakyat atau melalui pemilihan.
Pada tahun 1946 diadakanlah pemilihan ketua untuk
menjalankan roda pemerintahan di Aek Korsik dan diadakanlah pencalonan yang
akan dipilih oleh rakyat. Ketika itu terdapat dua calon yaitu:
1.
Mahmun Dalimunthe
anak dari penghulu pertama yaitu penghulu Monggok
2.
Yahya Sarumpaet
Yang akhirnya dimenangkan oleh saudara Mahmun Dalimunthe. Demikianlah
seterusnya sampai kepada pemilihan lurah. Dan pada masa Agresi II masa
pemerintahan RIS-RI, diadakan pemilihan kembali yaitu tahun 1951, tahun 1957,
1965 dan tahun 1983.
Pada periode pergolakan G.30 S PKI terjadilah pembekuan Partai Nasional Indonesia
Sumatera Utara karena terbongkarnya dokumen-dokumen saudara Mahmun Dalimunthe
sekalipun dalam pencalonan bahwa beliau calon NU namun Diketahui bahwa sejak
pemilihannya pertama kali tahun 1946 bahwa ia anggota PNI,maka beliau selaku
kepala Desa dibekukan.Dan digantikan oleh Saudar Bahruddin A dari PSII. Tapi
hal ini tidak berlangsung lama hanya I tahun Kepala Desa digantikan lagi oleh
saudara Mahmun Dalimunthe. Keadaan terus berlanjut sampai tahun 1981 dan karena
Saudara Mahmun Dalimunthe sudah sakit-sakitan maka beliau digantikan Oleh
anaknya yang bernama Jalaluddin Dalimunthe seorang PNS Pengsos Kec Aek Natas
tahun 1983. Demikianlah seterusnya pemilihan demi pemilihan dilakukan sehingga
Desa Aek Korsik tidak lagi dipimpin oleh seorang Raja melainkan seorang Kepala
Desa dan diketahui sampai sekarang bahwa aset atau kekayaan peninggalan
kerajaan Raja Bolitan semua dimusnahkan oleh keturunan Raja Bolitan tanpa sisa
sedikitpun. Kerajaan Bolitan hanya meninggalkan sejarah yang harus dikenang
sepanjang masa sampai keanak cucu kita. Dan bukti sejarah yang ada sampai saat
ini adalah peninggalan Makam Raja Bolitan I dan Makam Raja Bolitan IIyang
berada di Lobu Balimbing.
Demikianlah sejarah ringkas Secercah Daun Sejarah ini,dinukilkan dengan
ilmu pengetahuan yang sangat terbatas.
Wassalam
Maaf, ini tulisan siapa originnya??
BalasHapusKoq nggak dibuat nama penulisnya???
Alhamdulillah yaa ALLAH dapat secercah sejarah terbentuknya desa Aek Korsika tercinta, kalau ada yg kreatif lagi bisa kita buat film dokumenternya
BalasHapusSangat bermanfaat bagi banyak org trutama yang blm mengetahui sejarah Aek Korsik ni, dan bisa mengenal desa ini lebih jauh lagi
BalasHapus