Jumat, 17 Juni 2016

Secercah Daun Sejarah

SECERCAH DAUN SEJARAH

Aek Korsik adalah sebuah desa yang terletak dikecamatan Aek Kuo Kabupaten Labuhanbatu Utara Propinsi Sumatera Utara. Aek artinya adalah Air sedangkan Korsik adalah Pasir. Maka Aek Korsik artinya adalah Air dan Pasir.Sedangkan Aek Kuo menurut bahasa arabnya adalah Arus yang kuat dan deras sehingga dapat membelah ( memotong ) sungai kualuh.
Walaupun hanya tinggal sejarah,di desa Aek Korsik dahulu terdapat suatu kerajaan kecil yang dikenal dengan kerajaan “BOLITAN”.
Sekitar tahun  1820 Masehi seorang putra mahkota dari sebuah kerajaan dipegunungan dihulu sungai Aek Kuo. Raja Bolitan I turun mengilir kesungai Aek Kuo menuju pantai pada salah satu bandar yang telah ramai menjadi pusat perdagangan  saat itu ialah Kampung Mesjid. Raja Bolitan I adalah seorang pedagang antara pollung dan kampung mesjid untuk mencari garam dan lain lain sebagainya.Dan desa Aek Korsik adalah desa yang menjadi tempat pemenggal ( Persinggahan ) Raja Bolitan I dalam sarana hubungan antara Pollung dan Kampung Mesjid. Desa Aek Korsik ini adalah batas dataran rendah yang dapat dilalui dengan berjalan kaki selanjutnya untuk menuju kampung mesjid harus menggunakan perahu melalui sungai Aek Kuo yang dikelilingi oleh hutan belantara dan tanah rawa. Oleh sebab itu karena desa Aek Korsik adalah desa persinggahan Raja Bolitan I maka pada tahun 1870 beliau membuka perkampungan di Desa Aek Korsik yang terletak di tepi sungai Aek Kuo atau yang lebih dikenal dengan sebutan LOBU BALIMBING. Maka disinilah beliau bersemayam dan menjadi seorang raja yang disebut Raja Bolitan I di Aek Kuo atau Raja yang turun dari kerajaan Pollung bermarga Munthe. Dan disanalah beliau mendirikan sebuah kerajaan kecil dan sebuah istana kecil yang bernama Kerajaan Bolitan.Kerajaan Bolitan I dahulunya selalu berperang,  terutama terhadap kerajaan Marbau yang berdekatan dengan desa Aek Korsik yang di pimpin oleh raja yang bermarga Situmorang.
Pada masa itu kerajaan Bolitan masih menganut paham Animisme (Pelbegu),mereka masih percaya kepada roh-roh dan begu (hantu) hal ini dapat dilihat dari peninggalan makam-makam nenek moyang yang bentuknya seperti gundukan-gundukan tanah yang tinggi tanpa batu nisan,bulat dan bundar.
Pada masa pemerintahan raja Bolitan I, masyarakat hidup dengan bercocok tanam, berkebun karet dan perikanan.Tetapi masa pemerintahan Raja Bolitan 1 tidak berlangsung lama karena Raja Bolitan I jatuh hati kepada seorang putri mahkota dan ingin mempersuntingnya yang berasal dari dunia lain (alam Ghaib) yang dikenal dengan Serba Huta.
Hubungan mereka berdua mendapat pertentangan dari adiknya.Tetapi walaupun ditentang oleh adiknya, Raja Bolitan I tetap pada pendiriannya untuk mempersunting putri tersebut. Akhirnya walaupun mereka berlainan alam, karena cinta dan kasih sayangnya maka raja Bolitan I mempersunting putri dari alam ghaib tersebut.Dengan persyaratan, Raja Bolitan I mengikuti putri tersebut untuk tinggal di alam ghaib (serba Huta).
Dengan sangat terpaksa maka berpisahlah antara abang beradik tersebut yaitu Raja Bolitan I dan Raja Bolitan II. Sebagai tanda perpisahan antara abang beradik ini, maka mereka melepaskan tanda perpisahan antara dua dunia yang berbeda, sebagai pertanda mereka menghanyutkan disungai Aek Kuo berupa, sebuah sampan dan sebuah tombak.Tombak yang mereka hanyutkan disebut tombak buaya terapung. Dengan hanyutnya persyaratan tersebut maka raiblah atau menghilanglah Raja Bolitan I dari dunia ini meninggalkan adiknya yang tercinta sebatang kara dan tak pernah lagi bertemu sampai akhir hayat mereka. Dan setelah Raja Bolitan wafat,beliau dimakamkan oleh keluarga di Lobu Balimbing di pinggir sungai Aek Kuo dan kuburannya masih ditimbun tinggi bersifat bulat atau bundar mungkin karena penganut Animisme ( Sipelbegu ). Maka berakhirlah masa pemeritahan Raja Bolitan I.
  Kemudian pada tahun 1900 Masehi Raja kerajaan Bolitan digantikan oleh adiknya yang bernama  Raja Bolitan II yang menjadi raja kedua di Aek Korsik.
Pada masa itu Kerajaan ini masih tunduk kepada yang dipertuankan Sultan Kualuh yang berkedudukan di Tanjung Pasir. Hal ini dapat dibuktikan dengan perintah Sultan Kualuh kepada Raja Bolitan II untuk mengangkat seorang penghulu yang kemudian Raja Bolitan II mengajukan Raja Mangangkat Dalimunthe ( wafat tahun1926 ), sebagai Penghulu desa Aek Korsik Untuk menjalankan perintah Sultan Kualuh didesa-desa,yang kemudian beliau diangkat oleh Sultan Kualuh untuk menjadi seorang Penghulu yang berkedudukan di Aek Korsik.Dan kebetulan Raja Mangangkat Dalimunthe bertempat tinggal di sebuah dusun di tepi sungai Aek Kuo yang disebut Aek Korsik. Sejak saat itulah desa itu disebut Kampung Aek Korsik.
  Raja Bolitan II mempunyai seorang istri yang bernama Nariat. Dan mempunyai seorang putra mahkota yang bernama Putoro munthe serta empat orang anak perempuan bernama Maria,Ramlah,Siti dan Halimah.
  Pada masa pemerintahan raja Bolitan II beserta istrinya, beliau mentauhidkan dirinya untuk masuk agama islam. Untuk menambah keimanan dan kekuatan hatinya serta lebih mendekatkan dirinya kepada Allah swt maka Raja Bolitan II mengikuti persulukan di Aek Korsik dan mendirikan musholla didusun VIII yang sekarang menjadi kantor Kepala Desa Aek Korsik. Demikian juga halnya pada masa pemerintahan Raja Bolitan II untuk meningkatkan perekonomian, masyarakat Aek Korsik berpenghasilan sebagai petani yang bercocok tanam,perikanan dan perkebunan karet. Rakyat hidup dengan aman dan damai.

PERLAWANAN RAKYAT AEK KORSIK TERHADAP PEMERINTAH BELANDA

Bukan Belanda namanya kalau mereka tidak menjajah tanah air Indonesia termasuk desa Aek Korsik. Kekayaan alam yang melimpah berupa perkebunan karet dan perkebunan sawit yang sangat luas menarik perhatian bangsa Belanda datang ke Aek Korsik.
Mereka datang dengan dalih ingin bekerjasama dalam perdagangan namun sebenarnya Belanda ingin menguasai perkebunan serta tanah ulayat di Aek Korsik.
Dengan segala tipu muslihat dan taktik Belanda melancarkan bujuk rayu kepada Raja Bolitan II agar mau bekerjasama dengan mereka untuk mewujudkan segala keinginan dan kerakusannya menguasai Aek Korsik.
walaupun segala daya upaya Belanda berusaha menaklukkan hati Raja Bolitan II dan ternyata Alhamdulillah,beliau tidak terbujuk hatinya dan tidak goyah sedikit pun mengulurkan tangannya untuk bekerjasama dengan Belanda.Akibat dari keputusan Raja Bolitan itu, maka bangsa Belanda merasa kecewa dan menyatakan perang terhadap kerajaan Bolitan serta masyarakat Aek Korsik.
Perlawanan demi perlawanan dilakukan pasukan kerajaan, bahu membahu bersama rakyat, sehingga sampai pada puncaknya timbullah perlawanan terbesar yang dilakukan kerajaan beserta rakyat Aek korsik  untuk mengusir penjajahan Belanda dari tanah Aek Korsik.
Permainsuri tidak tahan melihat penderitaan dan kesengsaraan rakyat yang dilakukan oleh pasukan belanda serta perampasan bahan makanan menyebabkan rakyat hidup miskin dan sengsara. Kehidupan rakyat semakin parah disebabkan penghasilan dan tenaganya diperas untuk kepentingan bangsa Belanda sehingga perekonomian masyarakat Aek Korsik saat itu sangat terpuruk.
Demikianlah halnya situasi yang dialami pada masa pemerintahan Raja Bolitan II,berbagai kesulitandan tantangan dihadapi namun berkat tekad yang bulat maka segala hambatan dapat diatasi. Raja Bolitan II yang didukung oleh istrinya yang bernama Nariat seorang permainsuri yang gagah dan berani, ikut memimpin pasukan bergerilya. Begitu besarnya dukungan yang diberikan permainsuri, maka membangkitkan semangat pasukan kerajaan untuk melakukan perlawanan terhadap tentara Belanda.Dengan dibantu oleh putra mahkota beserta panglima-panglima kerajaan dan bala tentara yang terdiri dari rakyat Aek Korsik.Maka pecahlah perang melawan pasukan Belanda, pasukan kerajaan menggunakan taktik bergerilya. Sebagaimana kata pepatah tak ada tali rotan pun jadi dengan bermodalkan tombak,keris dan bambu runcing Raja Bolitan II beserta pasukan maju kemedan pertempuran dengan semangat juang yang tinggi pantang menyerah sampai titik darah penghabisan.Sebagaimana daerah lain berjuang dengan darah,doa dan air mata.
Sebagaimana menurut keterangan putra mahkota yang bernama PUTORO MUNTHE tiap malam pasukan gerilya melakukan penyerangan-penyerangan terhadap pos-pos Belanda.Pasukan Belanda pada malam hari tidak bisa bergerak dari benteng pertahanannya, sedangkan pasukan gerilyawan menguasai daerah pedalaman. Dimana Pasukan gerilya Aek Korsik kalau siang jadi buruh Belanda kalau malam hari membantu pasukan gerilya dengan merayap dan tiarap mereka berjuang demi kemerdekaan. Pasukan gerilyawan dipersiapkan disuatu tempat, yang menjadi mata-mata saat itu adalah putra mahkota sendiri yang bernama PUTORO MUNTHE.
Perang tidak dapat dihindari lagi, pasukan Belanda menggempur kantung-kantung pasukan kerajaan. Pada saat terjadinya perlawanan pasukan kerajaan melawan tentara Belanda yang begitu sengit, maka pasukan kerajaan mengalami kekalahan. Pasukan kerajaan dipukul mundur dan terjepit tidak ada selah untuk melarikan diri bagi pasukan kerajaan. Datang keajaiban yang kita ketahui pasukan Raja Bolitan yang bersenjatakan amat terbatas itu telah bertekad hidup atau mati dalam menghadapi pasukan Belanda.Rakyat yang bersenjatakan sangat minim bersedia ditembak mati demi perjuangan kemerdekaan mereka pantang mundur atau lari dari pertempuran. Lagi pula keadaan medan pertempuran yang sedemikian rupa tidak ada jalan lari kalau tidak ditembak oleh Belanda pasti mati terbenam dalam rawa-rawa yang ganas.
Disaat-saat Raja Bolitan IIdan pasukannya mengalami kekalahan terhadap tentara Belanda, dengan izin Allah swt tanpa diminta dan tanpa disangka-sangka diluar jangkauan akal manusia datanglah bala bantuan dari dunia lain (alam ghaib) untuk membantu pasukan raja Bolitan II. Disala kebingungan dua pasukan yang sedang bertempur, baik pasukan Kerajaan maupun pasukan Belanda yang terheran-heran, melihat banyak pasukan Belanda yang mati tiba-tiba bak diserang wabah yang ganas. Ternyata bala bantuan itu datang dari tentara berkuda yang dipimpin oleh Keturunan Raja Bolitan Iyang datang dari alam ghaib (serbahuta), untuk memberikan bantuan dan menggempur tentara Belanda. Tentara Belanda kocar-kacir,mereka heran dan merasa takut karena melawan tentara yang tidak tampak wujudnya. Merekahanya mendengar suara ringkikan dan derap langkah kuda yang menggempur mereka habis-habisan.Akhirnya pasukan Belanda dapat dipukul mundur, dan mengalami kekalahan yang sangat dahsyat. Sejak kejadian itu, tentara Belanda tidak pernah lagi kembali dan mengurungkan niatnya untuk menguasai tanah ulayat Aek Korsik. Dan tercatat dalam sejarah, Aek Korsik satu-satunya wilayah yang tidak pernah dikuasai oleh tentara kolonial.Dan tercatat dalam sejarah bahwa Aek Korsik adalah suatu daerah basis perjuangan pasukan gerilya. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan maklumat Gubernur Sumatera tanggal 9 April 1946 Kabupaten Labuhan batu adalah Kabupaten pelopor dalam masa perjuangan Gerilya untuk merebut kemerdekaan. Karena Bupati Gause Gautama yang menjadi Bupati pertama Labuhan batu adalah beliau adalah seorang Militer.

SEJARAH PERUBAHAN KERAJAAN BOLITAN

Hilangnya sistem kerajaan ini terjadi disebabkan adanya perubahan sistem pemerintahan yang terjadi di Indonesia.
Sekitar tahun 1926  Penghulu Mangangkat wafat dan digantikan oleh anaknya yang bernama Penghulu Monggok Dalimunthe,kedudukan penghulu tersebut tidak lama dipegangnya hanya sekitar 4 tahun dan ia pun wafat. Maka keadaan perubahan besar terjadi karena penghulu tidak lagi digantikan dari kalangan atau keturunan raja melainkan dari rakyat biasa yaitu Penghulu Lobe Kuntju Hasibuan. Jabatan ini dipegang oleh beliau dalam masa dua periode yaitu masa penjajahan Belanda dan Jepang. Timbullah masa kemerdekaan perubahan sosial masyarakat yang sangat besar yaitu suatu transisi Penghulu tidak lagi diangkat oleh raja melainkan pengangkatan rakyat atau melalui pemilihan.
Pada tahun 1946 diadakanlah pemilihan ketua untuk menjalankan roda pemerintahan di Aek Korsik dan diadakanlah pencalonan yang akan dipilih oleh rakyat. Ketika itu terdapat dua calon yaitu:
1.     Mahmun Dalimunthe anak dari penghulu pertama yaitu penghulu Monggok
2.     Yahya Sarumpaet
Yang akhirnya dimenangkan oleh saudara Mahmun Dalimunthe. Demikianlah seterusnya sampai kepada pemilihan lurah. Dan pada masa Agresi II masa pemerintahan RIS-RI, diadakan pemilihan kembali yaitu tahun 1951, tahun 1957, 1965 dan tahun 1983.
Pada periode pergolakan G.30 S PKI terjadilah pembekuan Partai Nasional Indonesia Sumatera Utara karena terbongkarnya dokumen-dokumen saudara Mahmun Dalimunthe sekalipun dalam pencalonan bahwa beliau calon NU namun Diketahui bahwa sejak pemilihannya pertama kali tahun 1946 bahwa ia anggota PNI,maka beliau selaku kepala Desa dibekukan.Dan digantikan oleh Saudar Bahruddin A dari PSII. Tapi hal ini tidak berlangsung lama hanya I tahun Kepala Desa digantikan lagi oleh saudara Mahmun Dalimunthe. Keadaan terus berlanjut sampai tahun 1981 dan karena Saudara Mahmun Dalimunthe sudah sakit-sakitan maka beliau digantikan Oleh anaknya yang bernama Jalaluddin Dalimunthe seorang PNS Pengsos Kec Aek Natas tahun 1983. Demikianlah seterusnya pemilihan demi pemilihan dilakukan sehingga Desa Aek Korsik tidak lagi dipimpin oleh seorang Raja melainkan seorang Kepala Desa dan diketahui sampai sekarang bahwa aset atau kekayaan peninggalan kerajaan Raja Bolitan semua dimusnahkan oleh keturunan Raja Bolitan tanpa sisa sedikitpun. Kerajaan Bolitan hanya meninggalkan sejarah yang harus dikenang sepanjang masa sampai keanak cucu kita. Dan bukti sejarah yang ada sampai saat ini adalah peninggalan Makam Raja Bolitan I dan Makam Raja Bolitan IIyang berada di Lobu Balimbing.
Demikianlah sejarah ringkas Secercah Daun Sejarah ini,dinukilkan dengan ilmu pengetahuan yang sangat terbatas.

                                                       Wassalam
                             

3 komentar:

  1. Maaf, ini tulisan siapa originnya??
    Koq nggak dibuat nama penulisnya???

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah yaa ALLAH dapat secercah sejarah terbentuknya desa Aek Korsika tercinta, kalau ada yg kreatif lagi bisa kita buat film dokumenternya

    BalasHapus
  3. Sangat bermanfaat bagi banyak org trutama yang blm mengetahui sejarah Aek Korsik ni, dan bisa mengenal desa ini lebih jauh lagi

    BalasHapus